Rabu, 29 Juli 2015

Emas dan Uang Kita.

Global Trade and Finance
Ketika harga emas jatuh dititik terendah 1090 USD pertroy ounze, Amerika Serikat telah berhasil "memanipulasi" harga emas menjadi serendah mungkin setara dengan komoditas lain yg lagi jatuh harganya. AS dengan sistem finansialnya berhasil membuat Uang Kertas cetakan hijau bergambar George Washington menjadi lebih berharga dari emas sekalipun. Saat ini Index US Dollar pada titik yang tertinggi dan emas pada titik yang terendah. Pada tahun 1973 ketika Nixon melepas "peg" uang dollar terhadap emas, dimulailah sejarah manipulasi harga emas itu, agar dunia lupa bahwa emas bukan uang seperti yang pernah diutarakan JP Morgan, bahwa "The Gold is money".
Jika kita melihat Balance Sheet The Fed 2014, maka emas tidak dijadikan reserve atau asset karena emas negara disimpan di Treasury Department (Kementrian keuangan) sebagai agen fiskal. The Fed hanya menyimpan sertifikatnya saja tanpa punya hak untuk melakukan "redeem" atas emas milik Amerika Serikat. Melalui Gold Statutory, pembukuan Treasury Department Amerika Serikat persediaan emas dicatat. Logam emas  sejak 1973 tidak dinilai berdasar harga pasar tetapi dinilai secara tetap sebesar $42.22 per-troy ounze. Fisik emas, disimpan bersama sama dengan cadangan emas negara negara lain (diamankan sejak meletusnya Perang Dunia) di bawah perlindungan (CUSTODIAN) The Federal Bank Of New York.
Jumlah fisik simpanan emas Amerika Serikat apabila dikonversi tercatat 8.133 Tons  tercatat 11 Milyard US Dollar (pada harga manipulasi $42.22/troy-ounze). Apabila emas ini dinilai dengan harga terendahpun pada saat ini nilainya hampir menjadi 284 kali nya. 

Indonesia
Bank Indonesia (BI) sebagai Bank Sentral, menyimpan Gold (Emas) sebagai reserve asset. Menurut Neraca per 31 desember 2014 jumlah emas yang dipegang BI adalah 37 trilyun IDR dan apabila dikonversi berdasar harga pasar saat ini maka jumlah fisik emas BI adalah 81 ton setara 2% asset BI. Cadangan devisa BI berkisar 108.030 juta USD (31 Mei 2015) atau 10% saja dari perkiraan GDP (negara negara ASEAN diatas 20%).
Secara umum pertumbuhan Gross Dometstic Product (GDP) Indonesia lebih bersifat konsumtif dan tidak berhasil membuat surplus hasil produktivitas bangsa sehingga terus memperbesar angka import untuk kebutuhan konsumsi. Income negara dari devisa export hanya dihasilkan dari komoditas sumber daya alam yang makin turun harganya. Disisi lain pengelolaan keuangan Fiskal Negara dalam APBN (Anggaran Pengeluaran Belanja Negara) -terus dirancang bertahun tahun hingga saat ini dalam kondisi "defisit", sehingga memperbesar beban HUTANG negara.
Melihat perkembangan seperti ini maka secara perekonomian, indonesia menjadi rapuh dan rentan terhadap segala gejolak perekonomian global. 
Mungkin keadaan seperti inilah yang menjadi salah satu penyebab rupiah akan terus menjadi mata uang yg tertekan, sebalum sebuah kebijakan negara merubah arah perekenomian bangsa.
 
Rate 1$ US  : Rp 13.463,- (Xe Currency)

Surabaya, 30 Juli 2015.